Wednesday, February 15, 2012

Jadi Muslim, Kenapa Takut?

Jadi Muslim, Kenapa Takut?

Akhir-akhir ini sering kita dengar bahwa orang-orang yang dikejar-kejar oleh aparat akibat aksi terorisme adalah sosok orang-orang yang rajin ke masjid, mengenakan busana muslimah (baca: cadar), dan memakai celana/pakaian di atas mata kaki (tidak isbal) sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi. Ringkasnya, mereka yang terlibat jaringan teroris itu rata-rata adalah orang yang dianggap punya semangat beragama dan aktif dalam kegiatan agama semacam sholat berjama'ah dan pengajian.
Pembaca sekalian, semoga Allah menetapkan kita di atas kebenaran. Sebenarnya Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama yang indah dan sempurna. Bagaimana tidak? Islam mengajarkan kepada umatnya untuk beribadah hanya kepada satu sesembahan yang benar saja yaitu Allah Rabb yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Sementara agama-agama yang lain menyeru manusia untuk beribadah kepada thaghut/sesembahan selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak menguasai walaupun hanya setipis kulit ari. Oleh karena itulah, agama segenap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah di atas muka bumi ini adalah satu, dan itu tidak lain adalah tauhid. Allah ta'ala berfirman,
"Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut." (QS. an-Nahl: 36)
Dengan demikian, menjadi seorang muslim yang benar- benar bertauhid adalah cita-cita semua orang, jika mereka benar-benar ingin meraih kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Kenapa demikian? Sebab tidaklah Allah ta'ala mengutus para rasul di atas muka bumi ini melainkan untuk membimbing mereka untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu Allah mengaitkan antara ketaatan kepada Allah dan rasul dengan keberuntungan dan kemenangan. Allah ta'ala berfirman,
"Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia pasti akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar." (QS. al- Ahzab: 71)
Maka hakikat orang yang sukses itu adalah yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara, ketaatan paling agung di dalam Islam itu tidak lain adalah mewujudkan tauhid dan melenyapkan kemusyrikan dari dalam diri mereka. Dengan tauhid itulah seorang hamba akan mendapatkan karunia dari Allah berupa surga. Allah ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan sama sekali tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim/musyrik itu." (QS. al- Ma'idah: 72)
Model Islam 'Pengecut'
Apabila kita tengok sejarah umat Islam di masa Nabi dan para sahabat, kita dapati memang ada sebagian orang yang rajin sholat berjama'ah di masjid, namun untuk sholat-sholat tertentu saja yaitu selain sholat Subuh dan 'Isyak. Di masa itu belum ada listrik dan penerangan seperti masa sekarang. Sehingga orang-orang yang tidak menghadiri jama'ah sholat Subuh dan 'Isyak tidak ketahuan siapa saja, karena keadaan gelap. Mereka itu tidak lain adalah kaum munafikin, yang jasadnya bersama kaum muslimin namun hati mereka bersama orang- orang kafir. Orang-orang munafik memang memiliki 'program' untuk menebarkan keragu-raguan di tengah barisan umat Islam. Di antara tipu daya mereka adalah dengan menampakkan kebersamaan di satu sisi, namun di sisi lain mereka menggerogoti kekuatan kaum muslimin dari dalam. Inilah model Islam 'pengecut' yang mereka tawarkan.
Nah, pada jaman kita sekarang ini pun terrnyata model Islam semacam itu masih ada. Mereka yang mempropagandakan liberalisme Islam, bahwa seorang muslim itu tidak boleh fanatik kepada ajaran agamanya, seorang muslim tidak boleh menganggap orang di luar Islam sebagai orang kafir, seorang muslim harus meyakini bahwa kebenaran itu ada pada semua agama, oleh sebab itu surga - dalam persepsi mereka- itu tidak hanya dihuni oleh orang Islam saja (baca: pengikut Rasulullah), namun siapa saja berhak masuk surga asalkan mereka beriman kepada Allah (baca: meyakini adanya Allah) dan hari akhir (baca: masa depan, kata mereka). Inilah kerancuan pemahaman yang ingin mereka sebar luaskan di tengah-tengah kaum muslimin, agar kaum muslimin terlepas dari ajaran agamanya sedikit demi sedikit hingga akhirnya Islam tinggal nama. Maka -harapan mereka- seorang muslim, tak ada lagi bedanya dengan seorang penyembah berhala. Dia tidak sholat, tidak berjama'ah di masjid, tidak mengenakan jilbab, laki-lakinya tidak memelihara jenggot, meniru gaya hidup orang kafir dan menjadi manusia berwatak binatang yang cita- citanya adalah memuaskan hawa nafsu perut dan beberapa senti di bawah perut. Inilah yang mereka dambakan siang dan malam!
Saudara-saudaraku sekalian, semoga Allah memberikan kesabaran kepada kita untuk menjaga agama ini dari rongrongan musuh Allah dan Rasul-Nya. Seorang muslim bukanlah sosok pengecut seperti yang mereka serukan. Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan senantiasa memberikan loyalitasnya kepada Islam dan kaum muslimin. Bukankah Allah berfirman,
"Tidak akan kamu jumpai orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir itu berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya, meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau sanak keluarga mereka. Mereka itulah orang- orang yang telah ditetapkan keimanan di dalam hati mereka dan Allah perkuat mereka dengan ruh/pertolongan dari- Nya..." (QS. al-Mujadilah: 22)
Maka orang yang mulia dan dihormati dalam pandangan seorang muslim adalah orang yang dimuliakan oleh Allah dan Rasul-Nya karena iman dan amal salih mereka. Bukan semata- mata karena ucapan dan penampilan mereka. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat sebagian orang dengan sebab Kitab ini dan akan menghinakan sebagian orang dengan sebab Kitab ini pula." (HR. Muslim).
Bukankah Allah ta'ala juga berfirman,
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian." (QS. al-Hujurat: 13)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan kepada rupa- rupa kalian, tidak juga kepada harta-harta kalian, akan tetapi yang diperhatikan oleh Allah adalah hati dan amal-amal kalian." (HR. Muslim)
Maka orang-orang Liberal yang menyerukan kepada kaum muslimin untuk menanggalkan identitas dan karakter keislaman mereka, entah itu berupa busana muslimah, kesetiaan kepada Sunnah Nabi, dan komitmen kepada tauhid, pada hakikatnya mereka sedang menyeru kaum muslimin untuk 'nyemplung ' (menceburkan diri) ke dalam jurang kehinaan dan kerendahan. Sungguh akhlak yang sangat-sangat tercela! Adakah orang yang lebih pengecut daripada mereka yang mengatasnamakan intelektualisme Islam untuk memurtadkan umat Islam dari agamanya? Mereka itulah orang- orang yang rela menjual agamanya demi kenikmatan dunia yang tiada artinya di sisi Allah, seharga sayap nyamuk pun tidak!
Model Islam 'Robin Hood'
Pembaca sekalian mungkin masih ingat sosok bernama Robin Hood yang konon katanya pahlawan pembela rakyat kecil, namun menempuh perjuangannya dengan cara mencuri alias maling. Nah, ternyata di antara kaum muslimin pun ada orang-orang yang bertindak sebagaimana si Robin Hood tokoh yang jelas tidak layak untuk diteladani. Sebagian orang yang memiliki semangat membara di dalam dadanya untuk menyelamatkan umat Islam dari penjajahan pemikiran yang dilakukan oleh barat (baca: orang kafir) beserta antek-anteknya (di antaranya adalah penganut ajaran Liberal) berusaha untuk menumpas orang-orang kafir tanpa pandang bulu.
Mereka tidak peduli, yang penting mereka ingin menghancurkan orang kafir di mana saja dan dengan cara apa saja. Dalam hal ini mereka sangat jelas tampak tidak memiliki bekal ilmu dalam menempuh perjuangannya. Maka muncullah berbagai aksi bom bunuh diri, pengeboman, pembajakan pesawat, dan pemberontakan kepada penguasa muslim yang ada, atau yang populer dengan istilah teror. Sehingga hal itu menimbulkan terjadinya kekacauan di tengah-tengah masyarakat Islam. Saling curiga pun terjadi dan rasa aman tercabut. Orang-orang - terutama para pejabat negara dan orang asing- menjadi khawatir akan keselamatan diri mereka. Padahal Islam tidak membenarkan terjadinya pertumpahan darah kecuali ada alasan yang benar seperti dalam situasi perang dengan orang kafir. Apalagi jika yang terbunuh/ikut menjadi korban itu adalah orang muslim, maka dosanya jauh lebih besar dan lebih berat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Terbunuhnya seorang mukmin itu jauh lebih ringan daripada hilangnya dunia." (HR. Nasa'i)
Demikian pula, membunuh orang kafir tanpa hak adalah sebuah dosa besar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barang siapa yang membunuh orang kafir yang terikat perjanjian -dengan individu atau pemerintah muslim- maka dia tidak akan mencium baunya surga. Sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun." (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
"Barang siapa bunuh diri dengan suatu alat/cara maka dia akan disiksa dengan cara itu pula di hari kiamat kelak." (HR. Bukhari dan Muslim)
Pembaca sekalian, alangkah bodohnya orang yang menganggap bahwa dakwah Islam adalah dakwah yang tidak mengenal kasih sayang. Tidakkah kita ingat bahwa tujuan dakwah Islam adalah mengentaskan umat manusia dari pemujaan kepada thaghut dan berbagai bentuk kemusyrikan yang ada? Dakwah tauhid adalah dakwah yang penuh dengan kasih sayang kepada umat manusia, bahkan kepada orang kafir sekalipun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berbuat adil dan tidak menzalimi mereka. Sebelum mengobarkan perang, maka terlebih dulu beliau memerintahkan kepada pasukannya untuk mengajak orang-orang kafir agar masuk ke dalam Islam dan memeluk ajaran tauhid yang suci ini. Kalau mereka enggan maka masih ada alternatif bagi mereka untuk tetap hidup di bawah pemerintahan Islam dengan cara membayarkan jizyah kepada pemerintah. Nabi juga melarang membunuh anak-anak dan perempuan. Maka di manakah letak keadilan ketika darah manusia sudah tidak dihargai, nyawa mereka dilenyapkan begitu saja tanpa pandang bulu, gedung-gedung diledakkan dan harta serta fasilitas publik menjadi rusak dan tidak berfungsi? Di manakah letak keadilan pada aksi teror yang menghalalkan darah orang kafir tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari'at? Kalau mereka ingin menegakkan keadilan dengan cara semacam itu lalu di manakah letak keadilannya? Pikirkanlah wahai orang-orang yang berakal...
Perang yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat adalah peperangan suci yang tidak dikotori oleh kezaliman dan cara-cara kotor ala teroris. Ketika umat Islam berada dalam kondisi lemah bahkan jihad secara fisik itu tidak disyari'atkan, karena akan mendatangkan mafsadat/kerusakan yang lebih besar bagi kaum muslimin sendiri. Sebagaimana halnya ketika berada di Mekah -sebelum hijrah-, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para sahabatnya tidak melakukan aksi-aksi militer dan penyerangan secara fisik. Mereka mencukupkan diri dengan jihad dengan ilmu, jihad dengan al-Qur'an, bukan dengan pedang dan tombak.
Dua jenis 'tetangga' yang berbahaya
Maka kaum muslimin sekalian - semoga Allah merahmati kami dan anda- di masa sekarang ini kita hidup di antara orang-orang yang memiliki kecenderungan kepada salah satu di antara dua model manusia di atas. Dua jenis tetangga berbahaya yang harus kita waspadai. Yang pertama, orang-orang yang menganut pemikiran liberal dan menganggap semua agama sama, orang-orang yang bercita-cita untuk melepaskan kaum muslimin dari segala karakter dan kepribadian mereka. Yang kedua, orang-orang yang terseret dalam aliran menyimpang namun berpenampilan layaknya muslim dan muslimah yang taat. Mereka ingin membela Islam namun dengan cara-cara yang tidak benar. Inilah realita umat yang kita hadapi sekarang ini.
Tidak ada jalan keluar bagi kita dalam mengatasi persoalan ini kecuali dengan mengembalikan kepada al-Qur'an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih, menegakkan tauhid pada diri kita dan keluarga kita serta berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Menjauhi syirik dan bid'ah yang telah merajalela di tubuh umat ini. Itulah tugas kita bersama. Belum lagi, kita masih harus bekerja ekstra keras guna membersihkan umat ini dari segala penyimpangan akhlak dan moral yang banyak menimpa generasi mudanya.
Allah ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Ra'd: 11)
Allah ta'ala berfirman,
"Kemudian apabila kalian berselisih tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir, hal itu lebih baik dan lebih bagus hasilnya." (QS. an-Nisaa': 59)
Allah ta'ala berfirman,
"Barang siapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti selain jalan orang-orang yang beriman maka Kami akan membiarkannya terombang-ambing di dalam kesesatannya, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk- buruk tempat kembali." (QS. an- Nisaa': 115)
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata, "Ikutilah tuntunan, jangan kalian mengada-adakan sesuatu yang tidak ada ajarannya. Sebab kalian telah dicukupkan."
Imam Malik rahimahullah mengatakan, "Tidak akan baik keadaan akhir umat ini kecuali dengan sesuatu yang menyebabkan baik generasi awalnya."
al-Auza'i rahimahullah berkata, "Wajib atasmu untuk mengikuti jejak orang-orang yang terdahulu (para sahabat) dan jauhilah pendapat pikiran orang- orang itu meskipun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan indah di hadapanmu."
Apabila hari-hari ini kita bersedih dengan teror fisik yang dilakukan oleh jenis 'tetangga' yang 'suka ribut-ribut dan berbau kematian' (istilahnya Imam Samudera) maka sudah sepatutnya pula kita prihatin dengan teror pemikiran yang dilakukan oleh jenis 'tetangga' yang sok intelek dan dianggap sebagai reformis yang ternyata berpikiran liberal. Apabila teror yang pertama melenyapkan nyawa tak bersalah dan menelan korban yang salah jalan, maka teror yang kedua mencabut kaum muslimin dari ruh dan jiwa keberagamaan mereka. Wallahul musta'an (Allah sajalah tempat kita meminta pertolongan)
Aduhai, di manakah posisi kalian wahai kaum muslimin?

Imam Syafi'i Sang Pembela Sunnah dan Hadits Nabi

Nama Dan Nasab
Beliau bernama Muhammad dengan kunyah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi' bin as-Saib bin 'Ubayd bin 'Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin 'Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri 'Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau, yaitu Hasyim bin al-Muththalib. Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di 'Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi', kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi'i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi', sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam. Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi'i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi'i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala' saja. Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin 'Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kunyahUmmu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi'i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath. Waktu dan Tempat Kelahirannya Beliau dilahirkan pada tahun 150. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya. Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman. Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat- riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan. Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu Di Mekkah, Imam Syafi 'i dan ibunya tinggal di dekat Syi'bu al- Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi'i bercerita, "Di al- Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, 'Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.'" Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru. Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis- majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai- sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang- tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al- Muwaththa' karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah. Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair- syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji - mufti kota Mekkah-, dan al- Husain bin 'Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu. Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-'Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi' - yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin 'Uyainah - ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al- Maliki, Sa'id bin Salim, Fudhail bin 'Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa' Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran. Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa'. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al- Muwaththa' yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, 'Abdul 'Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma'il bin Ja'far, Ibrahim bin Sa'd dan masih banyak lagi. Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan - satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah. Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi'i hidup pada masa- masa awal pemerintahan Bani 'Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani 'Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan 'Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang 'Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi'i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang- terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit. Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu', padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu' model orang- orang syi'ah. Bahkan Imam Syafi'i menolak keras sikap tasysyu' model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta 'Utsman, dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka. Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang- orang 'Alawiyah. Beliau bersama orang-orang 'Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi'i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan 'Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad. Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra'yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma 'il bin 'Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain- lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi'i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar- khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain- lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar- Risalah. Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash- habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut- nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash- habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra'yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ' al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra 'yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja. Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah. Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi'i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh-yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang- orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan- keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka. Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi'i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar- Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana. Keteguhannya Membela Sunnah Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil- dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, "Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain." Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as- Sunnah wa al-Hadits. Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, "Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka." Imam Ahmad berkata, "Bagi Syafi'i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih." Imam Syafi 'i berkata, "Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya." Al-Mazani berkata, "Merupakan madzhab Imam Syafi'i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam." Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah- kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam. Wafatnya Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya' hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat- Nya yang luas. Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi'i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, "Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah?" Beliau menjawab, "Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus." Karangan-Karangannya Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat. Yang paling terkenal di antara kitab- kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al- Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat. Sumber: Al-Umm, bagian muqoddimah hal. 3-33 Siyar A'lam an-Nubala' Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi', terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi 'i fi Itsbat al-'Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi 'i, Cirebon *** Sumber: Majalah Fatawa Penyusun: Ustadz Arif Syarifuddin

Ahlussunnah Wal Jama'ah, Siapakah Mereka

Mengetahui siapa Ahlus Sunnah Wal Jama'ah adalah perkara yang sangat penting dan salah satu bekal yang harus ada pada setiap muslim yang menghendaki kebenaran sehingga dalam perjalanannya di muka bumi ia berada di atas pijakan yang benar dan jalan yang lurus dalam menyembah Allah Subhanahu wata'ala sesuai dengan tuntunan syariat yang hakiki yang dibawa oleh Rasulullah shalallahu 'alai wassallam empat belas abad yang lalu.



Pengenalan akan siapa sebenarnya Ahlus Sunnah Wal Jama'ah telah ditekankan sejak jauh-jauh hari oleh Rasulullah r kepada para sahabatnya ketika beliau berkata kepada mereka :



افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ



"Telah terpecah orang-orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama'ah". Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalil Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain -rahimahumullahu-.



Demikianlah umat ini akan terpecah, dan kebenaran sabda beliau telah kita saksikan pada zaman ini yang mana hal tersebut merupakan suatu ketentuan yang telah ditakdirkan oleh Allah I Yang Maha Kuasa dan merupakan kehendak-Nya yang harus terlaksana dan Allah I Maha Mempunyai Hikmah dibelakang hal tersebut.



Syaikh Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan -hafidzahullahu- menjelaskan hikmah terjadinya perpecahan dan perselisihan tersebut dalam kitab Lumhatun 'Anil Firaq cet. Darus Salaf hal.23-24 beliau berkata : "(Perpecahan dan perselisihan-ed.) merupakan hikmah dari Allah I guna menguji hamba-hambaNya hingga nampaklah siapa yang mencari kebenaran dan siapa yang lebih mementingkan hawa nafsu dan sikap fanatisme.



Allah berfirman :

ألم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُوْلُوْا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُون وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِين َ(العنكبوت 1-3)



"Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta". (QS. Al-'Ankabut : 29 / 1-3).



Dan Allah berfirman :

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ (هود : 118-119)

"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan : "Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya". (QS. Hud : 10 / 118-119)

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ (اللأنعام : 35)

"Dan kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil". (QS. Al-'An'am : 6 / 35)."



Dan Allah 'Azza wa Jalla Maha Bijaksana dan Maha Merahmati hambaNya. Jalan kebenaran telah dijelaskan dengan sejelas-jelasnya sebagaimana dalam sabda Rasululullah r :



قَدْْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبَيْضَاءِ لَيْلِهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلاَّ هَالِكٌ



"Sungguh saya telah meninggalkan kalian di atas petunjuk yang sangat terang malamnya seperti waktu siangnya tidaklah menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa". Hadits Shohih dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Dzilalul Jannah.



Dan dalam hadits 'Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu 'anhu- :



خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيْلُ اللهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ ثُمَّ تَلاَ ] وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ [



"Pada suatu hari Rasulullah r menggaris di depan kami satu garisan lalu beliau berkata : "Ini adalah jalan Allah". Kemudian beliau menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan kirinya lalu beliau berkata : "Ini adalah jalan-jalan, yang di atas setiap jalan ada syaithon menyeru kepadanya". Kemudian beliau membaca (ayat) : "Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu maka ikutilah jalan itu dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) maka kalian akan terpecah dari jalanNya

Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi

Pameran Alquran di Kanada Mendapatkan Tentangan

Sebuah perselisihan terjadi di sebuah pameran tentang Alquran .

Sebuah kelompok Muslim menuduh penyeleggaran pameran melakukan "pembajakan identitas Islam.'

Acara yang diselenggarahan oleh jamaah muslim Ahmadiyah sedang diadakan di balai kota dewsburry besok.

Tapi anggota komite aksi Muslim Kirklees mengatakan kelompok ahmadiyah tidak berhak untuk mengadakan pameran tentang Alquran, mereka mengatakan Ahmadiyah adalah non-muslim.

Angoota komite Dr Abid Hussain mengatakan: "Kami menentang keras terhadap fakta bahwa minoritas kecil menyebarkan Alquran ketika mereka sendiri bukan Islam.

Namun kelompok Ahmadiyah berpendapat bahwa mereka berhak mengadakan pameran, karena menganggap diri mereka sebagai Muslim.

Arif Ahmad, wakil presiden Ahmadiyah cabang Spen yang meliputi Kirkless Utara mengatakan: "Ada perbedaan doktrinal antara kelompok yang berbeda tetapi kami percaya bahwa kami muslim.

"Kami percaya bahwa Alquran adalah kitab suci kami dan kami berkeinginan untuk menunjukkannya kepada publik."

Jamaah Ahmadiyah awalnya direncanakan mengadakan acara pemeran Alquran pada bulan desember, namun ditunda atas saran polisi.

Ahmad mengatakan: "Sebenarnya ada ancaman dan informasi yang menungkin akan menimbulkan masalah dengan kolompok-kelompok muslim lainnya."

Sabtu lalu cabang Huddersfield dari Ahmadiyah telah melakukan pameran di Huddersfield town hall. para pengunjuk rasa dari komite aksi Islam tetapi damai.

Dr Hussain mengatakan anggota kelomipoknya akan sama damai di acara dewsbury yang ditunda pada bulan desember.

Dia menambahakan" tanggapan kami di huddersfield benar-benar damai.

"Kami mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa tidak akan ada masalah apapun dan kami akan melakukan hal yang sama di dewsbury."

Ia mengatakan kelompoknya sedang mempertimbangkan respon terhadap peristiwa yang terjadi besok.

Kritik terhadap kelompok Ahmadiyah didasarkan pada keyakinan mereka bahwa pendiri mereka adalah seorang nabi - suatu pandangan yang tidak diakui oleh umat islam lainnya.

Pada tahun 1974 anggota Ahmadiyah dinyatakan non-muslim oleh liga dunia muslim dan tidak diakui sebagai muslim dalam komstitusi beberapa negara'.

Sumber: http://www.dewsburyreporter.co.uk/news/local/dewsbury-news/muslim_group_hits_out_at_qur_an_exhibition_organisers_1_4185843

Mengambil Pelajaran dari Kaum Bani Israel

Di dalam Alquran dijelaskan salah satu sikap kurang terpuji yang diperlihatkan oleh Bani Israel.

Sikap pertama adalah mental penakut dan ketidaktaatan pada pemimpin.Dalam surah Almaidah, ketika Nabi Musa as memerintahkan pengikut-pengikut beliau untuk memerangi musuh di jalan Allah

"Hai kaumku, masukilah Tanah Suci yang telah ditetapkan Allah swt. bagimu, dan janganlah kamu berpaling ke belakang sehingga kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi." (5:21)

Berkata mereka, "Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum liar yang kuat, dan tidaklah kami akan memasukinya sebelum mereka keluar dari situ. Maka jika mereka keluar dari situ, maka kami akan memasukinya." (5:22)

Mereka berkata, "Hai Musa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasuki negeri itu, selama mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah engkau bersama Tuhan engkau dan berperanglah engkau berdua sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini !" (5:24)

Bandingkanlah sikap pengikut-pengikut Nabi Musa as. Yang tidak bermalu lagi pengecut itu dengan pengobanan tulus-ikhlas dan hampir-hampir tak masuk akal dari para sahabat Nabi Muhammad saw. yang senantiasa mendambakan melompat ke dalam rahang maut bila ada sedikit saja isyarat aba-aba dari Junjungan mereka. Ketika Rasulullah saw. bersama sejumlah kecil para sahabat dengan perlingkapan perang yang sangat darurat hendak bergerak ke Badar menghadapi balatentara Mekkah yang bilangannya jauh lebih besar serta persenjataannya lebih lengkap, beliau meminta saran mereka mengenai situasi itu. Atas permintaan beliau salah seorang dari para sahabat bangkit lalu menjawab Rasulullah saw. Dengan kata-kata yang akan selamanya terkenang: “Kami tidak akan berkata kepada Anda seperti dikatakan oleh pengikut-pengikut Nabi Musa as., “Pergilah engkau bersama Tuhan engkau kemudian berperanglah engkau berdua sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini.’ Kebalikannya, wahai Rasulullah, kami senantiasa beserta engkau dan kami akan bertempur dengan musuh di sebelah kanan dan di sebelah kiri engkau dan di hadapan engkau dan di belakang engkau; dan kami mengharap dari Allah swt. agar engkau akan menyaksikan kami apa yang akan menyejukkan mata engkau.”

Suatu sikap yang berbanding terbalik, kepengecutan berbanding keberanian dan kesetiaan. Sikap terakhir, haruslah menjadi sikap abadi umat Islam, bukan sikap yang hanya dimiliki oleh para sahabat Rasulullah, kita tidak bisa mengatakan bahwa hanya para sahabat saja yang melakukan hal itu, tetapi kita hanya duduk melakukan keasyikan pribadi saja. Semangat yang harus kita warisi dari sahabat tersebut adalah semangat pengorbanan. Pengorbanan yang tak mengenal batas, pengorbanan harta, pengorbanan kehormatan, pengorbanan pikiran, bahkan nyawa. Sebagaimana Allah taala berfirman:

"Sekali-kali kamu tidak akan mencapai kebaikan yang sempurna, sebelum kamu membelanjakan sebagian dari apa yang kamu cintai; dan apa pun yang kamu belanjakan, maka sesungguhnya tentang itu Allah swt. Maha Mengetahui. (Ali Imran: 92)

Kemudian sikap kedua yang diperlihatkan oleh kaum bani Israel yang bisa kita jadikan pelajaran, yaitu terdapat dalam surah Albaqarah ayat 246:

"Tidaklah engkau memperhatikan ihwal para pemuka Bani Israil sesudah Musa, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah bagi kami seorang raja, supaya kami dapat berperang di jalan Allah swt.. ”Berkata ia, "Apakah barangkali kamu tidak akan berperang jika berperang diwajibkan atasmu?” Berkata mereka, “Mengapakah kami tidak akan berperang di jalan Allah swt jika kami telah diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari anak- anak kami?” Tetapi tatkala diwajibkan atas mereka berperang, berpalinglah mereka. Dan Allah swt. Maha Mengetahui orang-orang aniaya.

Suatu sikap yang sebenarnya telah menunjukkan kemajuan dalam diri kaum bani israel dibandingkan dengan gambaran mereka dalam surah Almaidah diatas, tetapi perbaikan sikap itu hanya dimulut saja dan tidak dalam kenyataan; sebab ketika saat pertempuran yang sebenarnya tiba, banyak dari antara mereka bimbang dan menolak untuk bertempur. Dengan demikian peristiwa itu merupakan peringatan keras kpeada kaum muslimin untuk waspada agar jangan menempuh jalan yang serupa.

Hal ini selaras juga dengan digambarkan oleh Alquran:

Hai, orang-orang yang beriman ! Mengapakah kamu mengatakan apa-apa yang kamu tidak kerjakan ?
Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (AsShaff: 2-3)

Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong, membawa seseorang tidak karuan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan.

Sebaliknya kaum muslimin haruslah memegang erat semangat ini dalam setiap pengorbanan dan perjuangan kita:

"Dan berpeganglah kamu di jalan Allah swt., dan ketahuilah bahwa Allah swt. Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Seruan itu ditujukan kepada Muslimin. Kepada mereka itu dikatakan bahwa suatu kaum ang tidak melenyapkan rasa takut mati dan tidak bersedia mengorbankan segala-galanya untuk keuntuhan dan kemuliaan bangsa, maka kaum itu tidak berhak hidup. Itulah rahasia kemajuan nasional yang ditanamkan dan berulang-ulang diajar kan oleh Alquran.

Inggris: Ahmadiyah Akan mengadakan Pameran Alquran

Sebuah pameran Tentang keindahan Alquran - Kitab Suci Umat Islam.

Sebagian dari promosi toleransi dan saling menghormati dan sesuai dengan motto mereka Love for All Hatred for None, Jamaah Ahmadiyah cabang The Spen Valley akan mengadakan pemeran Alquran di Dewsbury Town Hall.

Acara ini, bersifat informal dan terbuka untuk umum, akan berlangsung pada sabtu 28 Januari 12:00-16:00

Menurut informasi dari Kirklees Council melalui postingan websitenya, masyarakat yang tertarik dapat menghadiri acara tersebut selama selama atau sesingkat yang mereka mau, "sehingga mereka dapat melihat sendiri tentang Alquran itu."

Jamaah Muslim Ahmadiyah mempromosikan bahwa Islam mengajarkan dan menekankan kepada pengikutnya untuk membantu orang lain, bahkan kepada penganut agama lain.

"Kami mengundang orang-orang untuk datang ke acara tersebut dan melihat sendiri apa yang sebenarnya ada dalam Alquran, kata penyelenggara acara.

What: An exhibition about the beauty of the Holy Qur'an - the Holy Book of the Muslims
When: Saturday 28th January 2012, 12:00PM - 4:00PM
Where: Dewsbury Town Hall
Who: The Ahmadiyya Muslim Association, The Spen Valley branch

sumber: http://ahmadiyyatimes.blogspot.com/2012/01/uk-ahmadi-muslims-organize-exhibition.html

Islam di Amerika: Sebuah Keajaiban Bernama 9/11

Islam di Amerika: Sebuah Keajaiban Bernama 9/11

Moeflich Hasbullah
(Pikiran Rakyat, 6 Maret 2008)
a
“Idza ja-a nashrullahi wal fathu,
wara aytannas sayad khuluna fi dinillahi afwaja..”
(An-Nashr: 1-2)

(Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah
dengan berbondong-bondong…”.

Sejumlah data yang dikomposisikan oleh Demented Vision (2007), dari sebuah observasi di Amerika Serikat tentang perkembangan jumlah pemeluk agama-agama dunia menarik untuk dicermati. Dari data observasi itu, terdapat angka-angka yang menunjukkan perbandingan pertumbuhan penganut Islam dan Kristen di dunia. Lembaga itu mencatat, pada tahun 1900, jumlah pemeluk Kristen adalah 26,9% dari total penduduk dunia, sementara pemeluk Islam hanya 12,4%. 80 tahun kemudian (1980), angka itu berubah. Penganut Kristen bertambah 3,1% menjadi 30%, dan Muslim bertambah 4,1% menjadi 16,5% dari seluruh penduduk bumi.

Pada pergantian milenium kedua, yaitu 20 tahun kemudian (2000), jumlah itu berubah lagi tapi terjadi perbedaan yang menarik. Kristen menurun 0,1% menjadi 29,9% dan Muslim naik lagi menjadi 19,2%. Pada tahun 2025, angka itu diproyeksikan akan berubah menjadi: penduduk Kristen 25% (turun 4,9%) dan Muslim akan menjadi 30% (naik pesat 10,8%) mengejar jumlah penganut Kristen. Bila diambil rata-rata, Islam bertambah pemeluknya 2,9% pertahun. Pertumbuhan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% pertahun. 17 tahun lagi dari sekarang, bila pertumbuhan Islam itu konstan, dari angka kelahiran dan yang masuk Islam di berbagai negara, berarti prediksi itu benar, Islam akan menjadi agama nomor satu terbanyak pemeluknya di dunia, menggeser Kristen menjadi kedua.

World Almanac and Book of Fact, #1 New York Times Bestseller, mencatat jumlah total umat Islam sedunia tahun 2004 adalah 1,2 milyar lebih (1.226.403.000), tahun 2007 sudah mencapai 1,5 milyar lebih (1.522.813.123 jiwa). Ini berarti, dalam 3 tahun, kaum Muslim mengalami penambahan jumlah sekitar 300 juta orang (sama dengan jumlah umat Islam yang ada di kawasan Asia Tenggara).

*

*

Fenomena di Amerika sendiri sangat menarik. Sangat tidak masuk di akal pemerintah George Bush dan tokoh-tokoh Amerika, masyarakat Amerika berbondong-bondong masuk Islam justru setelah peristiwa pemboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat memburukkan citra Islam itu. Pasca 9/11 adalah era pertumbuhan Islam paling cepat yang tidak pernah ada presedennya dalam sejarah Amerika. 8 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika dan 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah pemboman itu. Pernyataan syahadat masuk Islam terus terjadi di kota-kota Amerika seperti New York, Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan yang lainnya.

Atas fakta inilah, ditambah gelombang masuk Islam di luar Amerika, seperti di Eropa dan beberapa negara lain, beberapa tokoh Amerika menyatakan kesimpulannya. The Population Reference Bureau USA Today sendiri menyimpulkan: “Moslems are the world fastest growing group.” Hillary Rodham Cinton, istri mantan Presiden Clinton seperti dikutip oleh Los Angeles Times mengatakan, “Islam is the fastest growing religion in America.” Kemudian, Geraldine Baum mengungkapkan: “Islam is the fastest growing religion in the country” (Newsday Religion Writer, Newsday). “Islam is the fastest growing religion in the United States,” kata Ari L. Goldman seperti dikutip New York Times.

Atas daya magnit Islam inilah, pada 19 April 2007, digelar sebuah konferensi di Middlebury College, Middlebury Vt. untuk mengantisipasi masa depan Islam di Amerika dengan tajuk “Is Islam a Trully American religion?” (Apakah Islam adalah Agama Amerika yang sebenarnya?) menampilkan Prof. Jane Smith yang banyak menulis buku-buku tentang Islam di Amerika. Konferensi itu sendiri merupakan seri kuliah tentang Immigrant and Religion in America. Dari konferensi itu, jelas tergambar bagaimana keterbukaan masyarakat Amerika menerima sebuah gelombang baru yang tak terelakkan yaitu Islam yang akan menjadi identitas dominan di negara super power itu.

Anomali 9/11
Peristiwa 9/11 menyimpan misteri yang tidak terduga. Pemboman itu dikutuk dunia, terlebih Amerika, sebagai biadab dan barbar buah tangan para “teroris Islam.” Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur Tengah merasakan getahnya mengalami kondisi psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.

Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum imigran Muslim secara berlebihan. Siaran televisi Fox News Channel, dalam acara mingguan “In Focus” menggelar diskusi dengan mengundang enam orang nara sumber, bertemakan ”Stop All Muslim Immigration to Protect America and Economy.” Acara ini menggambarkan kekhawatiran Amerika tidak hanya dalam masalah terorisme tetapi juga ekonomi dimana pengaruh para pengusaha Arab dan Timur Tengah mulai dominan dan mengendalikan ekonomi Amerika.

Tapi, rupanya Islam berkembang dengan caranya sendiri. Islam mematahkan “logika akal sehat” manusia modern. Bagaimana mungkin sekelompok orang nekat berbuat biadab membunuh banyak orang tidak berdosa dengan mengatasnamakan agama, tetapi tidak lama setelah peristiwa itu, justru ribuan orang berbondong-bondong menyatakan diri masuk agama tersebut dan menemukan kedamaian didalamnya? 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000 orang Amerika masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, ribuan yang lain dari negara-negara non Amerika (Eropa, Cina, Korea, Jepang dst) juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam. Bagaimana arus ini bisa dijelaskan? Sejauh saya ketahui, jawabannya “tidak ada” dalam teori-teori gerakan sosial karena fenomena ini sebuah anomali. Maka, gejala ini hanya bisa dijelaskan oleh “teori tangan Tuhan.”

Tangan Tuhan dalam bentuk blessing in disguise adalah nyata dibalik peristiwa 9/11 dan ini diakui oleh masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu dituduhkan kepada Islam, berbagai lapisan masyarakat Amerika justru kemudian terundang kuriositasnya untuk mengetahui Islam lebih jauh. Sebagian karena murni semata-mata ingin mengetahui saja, sebagian lagi mempelajari dengan sebuah pertanyaan dibenaknya: “bagaimana mungkin dalam zaman modern dan beradab ini agama “mengajarkan” teror, kekerasan dan suicide bombing dengan ratusan korban tidak berdosa?” Tapi keduanya berbasis pada hal yang sama: ignorance of Islam (ketidaktahuan sama sekali tentang Islam). Sebelumnya, sumber pengetahuan masyarakat Barat (Amerika dan Eropa) tentang Islam hanya satu yaitu media yang menggambarkan Islam tidak lain kecuali stereotip-stereotip buruk seperti teroris, uncivilized, kejam terhadap perempuan dan sejenisnya.

Seperti disaksikan Eric, seorang Muslim pemain cricket warga Texas, setelah peristiwa 9/11, masyarakat Amerika menjadi ingin tahu Islam, mereka kemudian ramai-ramai membeli dan membaca Al-Qur’an setiap hari, membaca biografi Muhammad dan buku-buku Islam untuk mengetahui isinya. Hasilnya, dari membaca sumbernya langsung, mereka menjadi tahu ajaran Islam yang sesungguhnya. Ketimbang bertambahnya kebencian, yang terjadi malah sebaliknya. Menemukan keagungan serta keindahan ajaran agama yang satu ini. Keagungan ajaran Islam ini bertemu pada saatnya yang tepat dengan kegersangan, kegelisahan dan kekeringan spritual masyarakat Amerika yang sekuler selama ini. Karena itu, Islam justru menjadi jawaban bagi proses pencarian spiritual mereka selama ini. Islam menjadi melting point atas kebekuan spiritual yang selama ini dialami masyarakat Amerika. Inilah pemicu terjadinya Islamisasi Amerika yang mengherankan para pengamat sosial dan politik. Inilah tangan Tuhan dibalik peristiwa /9/11.

Motivasi Menjadi Muslim

Dari banyak wawancara yang dilakukan televisi Amerika, Eropa maupun Timur Tengah terhadap mereka yang masuk Islam atau video-video blog yang banyak menjelaskan motivasi para new converters ini masuk Islam, menggambarkan konfigurasi latar belakang yang beragam.

Pertama, karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup hanya money, music and fun. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja mereka masuk Islam.

Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Beberapa orang Kristen taat bahkan mereka sebagai church priest mengaku seperti itu ketika diwawancarai televisi. Allison dari North Caroline dan Barbara Cartabuka, seorang diantara 6,5 juta orang Amerika yang masuk Islam pasca 9/11, seperti diberitakan oleh Veronica De La Cruz dalam CNN Headline News, Allison mengaku “Islam is much more about peace.” Sedangkan Barbara tidak pernah merasakan kedamaian selama menganut Katolik Roma seperti kini dirasakannya setelah menjadi Muslim.

Demikian juga yang dirasakan oleh Mr. Idris Taufik, mantan pendeta Katolik di London, ketika diwawancara televisi Al-Jazira. Mantan pendeta ini melihat dan merasakan ketenangan batin dalam Islam yang tidak pernah dirasakan sebelumnya ketika ia menjadi mendeta di London. Ia masuk Islam setelah melancong ke Mesir. Ia kaget melihat orang-orang Islam tidak seperti yang diberitakan di televisi-televisi Barat. Ia mengaku, sebelumnya hanya mengetahui Islam dari media. Ia sering meneteskan air mata ketika menyaksikan kaum Muslim shalat dan kini ia merasakan kebahagiaan setelah menjadi Muslim di London.

*

*

Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan penghapusan dosa (salvation) ketimbang dalam Kristen. Banyak dari masyarakat Amerika memandang Kristen sebagai agama yang konservatif dalam doktrin-doktrinnya. Eric seorang pemain Cricket di Texas, kota kelahiran George Bush, berkesimpulan seperti itu dan memilih Islam. Sebagai pemain cricket Muslim, ia sering shalat di pinggir lapang. Di Kristen, katanya, sembahyang harus selalu ke Gereja.

Seorang konverter lain memberikan kesaksiannya yang bangga menjadi Muslim. Ia menjelaskan telah berpuluh tahun menganut Katolik Roma dan Kristen Evangelik. Dia mengaku menemukan kelemahan-kelemahan doktrin Kristen setelah menyaksikan debat terbuka tentang “Is Jesus God?” (Apakah Yesus itu Tuhan?) antara Ahmad Deedat, seorang tokoh Islam dari Afrika Selatan dan seorang teolog Kristen. Argumen-argumen Dedaat dalam diskusi menurutnya jauh lebih jelas, kuat dan memuaskan ketimbang teolog Kristen itu. Menariknya, misi awalnya ia menonton debat agama itu justru untuk mengetahui Islam karena ia bertekad akan menyebarkan gospel ke masyarakat-masyarakat Muslim. Yang terjadi sebaliknya, ia malah menemukan keunggulan doktrin Islam dalam berbagai aspeknya dibandingkan Kristen. Angela Collin, seorang artis California yang terkenal karena filmnya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic School, ketika diwawancarai oleh televisi NBC News megapa ia masuk Islam, ia mengungkapkan: “I was seeking the truth and I’ve found it in Islam. Now I have this belief and I love this belief,” katanya bangga.

*

*

Keempat, banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak setuju dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam daripada dalam peradaban Barat modern. Seorang convert perempuan Amerika bernama Tania, merasa hidupnya kacau dan tidak terarah jutsru dalam kebebasannya di Amerika. Ia bisa melakukan apa saja yang dia mau untuk kesenangan, tapi ia rasakan malah merugikan dan merendahkan perempuan. Setelah mempelajari Islam, awalnya merasa minder. Setelah tahu bagaimana Islam memperlakukan perempuan, ia malah berkata “women in Islam is so honored. This is a nice religion not for people like me!” katanya. Dia masuk Islam setelah mempelajarinya beberapa bulan dari teman Muslimnya.

Perkembangan Islam di dunia Barat sesungguhnya lebih prospektif karena mereka terbiasa berfikir terbuka. Dalam keluarga Amerika, pemilihan agama dilakukan secara bebas dan independen. Banyak orang tua mendukung anaknya menjadi Muslim selama itu adalah pilihan bebasnya dan independen. Mereka mudah saja masuk Islam ketika menemukan kebenaran disitu. Angela Collin menjadi Muslim dengan dukungan kedua orang tua. Ketika diwawancarai televisi NBC, orang tuanya justru merasa bangga karena Angela adalah seorang “independent person.” Nancy seorang remaja 15 tahun, masuk Islam setelah bergaul dekat temannya keluarga Pakistan dan keluarganya tidak mempermasalahkan walaupun telah lama hidup dalam tradisi Kristen.

Dampak Hubungan Islam – Barat

Perkembangan ini tentu akan berpengaruh signifikan terhadap hubungan Islam-Barat (Kristen) yang sudah mengalami ketegangan historis berabad-abad. Dengan pesatnya perkembangan umat Muslim di Amerika, Eropa dan negara-negara maju lainnya, akan berpengaruh signifikan terhadap beberapa hal. Pertama, masyarakat Barat akan lebih dekat dan lebih kenal dengan Islam melalui umat Islam yang ada di Barat sendiri. Mereka akan menjembatani kesalahafahaman yang selalu terjadi terhadap Islam dan kaum Muslimin. Ketidaksukaan masyarakat Barat terhadap Islam lebih karena the ignorance of Islam dan ini akan semakin berkurang. Umat Islam di Barat akan menjadi komunikator yang efektif dan duta-duta yang handal untuk menjelaskan dan memperlihatkan wajah Islam yang sesungguhnya di sana.

Melalui mereka, nasib umat Islam diluar Barat akan disuarakan dan penderitaan demi penderitaan negara-negara Muslim akibat dominasi Barat yang kebijakannya sering yang tidak adil akan berkurang. Kedua, akibat dari ajaran Islam yang semakin tersosialisasi di Barat dan suara politik kaum Muslimin semakin kuat, jembatan untuk terciptanya saling pemahaman dan pengertian akan semakin kondusif dan menguat. Islam dan Barat mudah-mudahan akan masuk ke dalam sebuah equilibrium sejarah baru yang lebih adil, lebih fair dan lebih demokratis: “Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu akan melihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong!”. Wallahu a’alam!!

Penulis, Dosen UIN SGD Bandung, alumni Southeast Asian Studies, ANU Canberra.